"Cara terbaik menghargai diri sendiri adalah salah satunya dengan traveling , tak hanya memberikan rasa riang tapi juga rileks. Traveling juga menciptakan energi kreatif, juga kado manis untuk diri sendiri."
Kenapa gue tulis anti mainstream? Karena traveling kali ini gue merasa beda dari traveling sebelumnya yang pernah gue lakuin. Biasanyakan liburan itu ke tempat yang banyak turisnya, tempat wisata, hotel yang nyaman, makanan yang gampang didapet. Yah bisa dibilang traveling cantiklah.
Baca Juga: Pengalaman Berkunjung ke Pabrik Mitsubishi Xpander dan Test Drive
Nah, traveling ini bisa dibilang buat gue anti mainstream. Tapi gue heppi, karena memang yang kayak gini yang gue mau. Ke pelosok daerah, dan jarang ada turis. Masih natural, alami. Jikapun suatu saat berkunjung ke sebuah negara, misal Amerika, Inggris, Denmark, Swedia, Turki, dll (Amin Ya Allah), dengan senang hati gue lebih memilih ke desanya. Nggak melulu kota besar yang sering dipake sebagai lokasi syuting film-film Hollywood. Yegak.
Jadi gini ceritanya nih genks...
foto: aal |
Gue yang emang udah gatel banget pengen traveling lagi, mencoba browsing dulu soal tiket pesawat. Kalau mahal kebangetan, gue juga nggak mau. Kaget juga sih, cuma Rp 500 ribu -an. Tadinya gue berfikir bakal nyampe Rp 800 ribu an, nggak beda jauh sama tiket ke Bali. Ternyata Lombok lebih murah lho.
Lalu gue kontak PIC nya, dan dikasihlah ittin serta mepo.
Kenapa gue mau terima tawaran ini?
1. Lombok. Gue nggak pernah ke Lombok, cuma mendengar lebih indah dari Bali, You know what, ketika mendengar kata Lombok yang ada dalam pikiran gue itu acara bakal di pantai, laut dan sekitarnya. (nantikan kisah di bawah yah, hahaha)
2. Acara kebudayaan, pasti menarik karena bakal mengulik hal unik, tradisi dan kebiasaan masyarakat sekitar.
3. Gratis makan dan nginap, heheheh
4. Ketemu temen baru
5. Me time. Healing my soul, emak butuh piknik you know, Lolsss.
foto: aal |
Nggak kebayang, abis pulang dari Lombok, bahu gue benjol kepegelan karena bawa ransel besar. Hiks
The Story Has Just Begun Genks.
Gue memilih terbang dengan C*tl*nk, untuk PP. Pertama lebih murah dan jam nya pas sesuai ittin dari si panitia. Soale mereka cuma mau nunggu sampai jam 13.-00 doang di bandara, kalau lewat good bye bro.
Ternyata untuk penerbangan C*til*nk, gue harus naek dari Bandara Halim dong, kebayang jarak Serpong ke Halim itu seberapa jauhnya. Apalagi, pesawat pagi. Mau bawa mobil sendiri, sayangnya di Halim nggak disediakan parkiran inap. Sayang banget nih, hello pak pejabat Bandara Halim, tolong ya disediakan parkir inap Bandara Halim, Sip! *Maksa.
(Gegara nggak bawa mobil dan nggak dijemput, pas pulang di Bandara Halim, gue main kucing-kucingan sama sopir Gr*b Car. Hahahha).
Ini pertama kalinya gue terbang dari Halim. Lantaran bandaranya kecil, nggak ribet sih proses check in dan boarding. Bahkan di ruang boarding tempatnya tertutup (bukan kaca semua), jadi lebih enak terkesan private.
Terbang Jakarta-Lombok memakan waktu 2 jam, untuk waktu di Lombok lebih cepat 1 jam. Landing di Bandara Lombok Praya sekitar jam 9.30 pagi. Untuk nunggu jam 13.00 itu lama bangetkan, setelah sarapan ngopi di Bandara, gue titip koper di coffeshop itu. Disarankan teman, ada 2 tempat yang bisa gue kunjungi lantaran deket bandara, yakni Desa Sade dan Pantai Kuta Mandalika.
Desa Sade |
pantai kuta mandalika, lombok |
Menuju pintu keluar bandara, di depan banyak sopir taksi yang menawarkan jasa. Tadinya mau pake Ojol, tapi ada yang bilang Ojol susah masuk bandara. Akhirnya gue putuskan pakai taksi.
Pukul 13.00
Sampai bandara lagi di Praya. Satu persatu teman seperjalanan muncul dan saling kenalan. Terkumpullah sekitar 13 orang, kita komunikasi dalam satu grup WA.
Mereka seru-seru.
Ada Trio guru, mereka ini tiga ibu yang bekerja sebagai guru. Mereka sohiban sejak SMP tapi tinggal di daerah berbeda. Ibu umi yang gayanya asik, kalau tertawa seru, selalu pakai celana sedengkul dan topi traveling, dia udah banyak melakukan perjalanan. Kalau nggak salah tergabung dalam sebuah komunitas mengajar. Ibu Umi dari Jember. Kami semua rencananya akan mengunjungi beliau untuk backpackeran ikut Festival Jember tahun ini, wah asik nih.
Dua guru lainnya Ibu Tuti dan Wa Sia dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Mereka juga asik, seru dan baik, walaupun nyaris semua omongan ujungnya ada 'thoh?' hehehehe. Seminggu aja gue barengan ibu dua ini, pasti pulang ke rumah logat gue udah kayak orang Kendari. *Emaklabil
Ada lagi Yos, anaknya sopan banget dan baik, nah gue sering barengan sama dia. Kita ngobrol bareng, berbagi ilmu, gue banyak tanya soal fisioterapi, dia banyak tanya ke gue soal kerja wartawan. Yos asalnya dari Medan, tapi sekarang tinggal di Depok karena kuliah Fisioterapi di UI.
Lalu ada sepasang pacaran dari Bandung, Claudia dan Marvin. Liat mereka berdua backpacker banget. Dua-duanya bawa ransel gede, dandannya layaknya backpacker, celana pendek, baju setali dan sendal gunung. Liat mereka berdua asik banget, katanya udah sering bawa ransel segede gaban gitu kemana-mana, kan kalau capek, ada pacarnya, co cwiittt..
Lalu ada empat emak yang heboh dan berteman. Yang dua , Ibu Eni dan anaknya yang kebule-bulean, Yosephine dari Bali. Ibunya juga seru, bercandanya bikin gue ngikik, karena kalau diam wajahnya kayak galak, ternyata lucu.
Duanya lagi dari Medan, Shinta dan Fitri. Shinta bisa dibilang sebagai leader, kerjaanya ngumpulin duit untuk saweran. Sedangkan Fitri kerjaanya ngumpulin tulang ikan atau ayam sisa makanan kita. Jadi tulang itu dikasih ke anjing dan kucing yang keliaran di sekitar homestay.
Sisanya dua lagi dari Jakarta, emak dan anak, ibu Dian dan gue nggak tau nama anaknya, hahahaha. Oiya, the last but not least, namanya Tri, dia beda sendiri, homestay jauh dari kita, dan dianya juga nggak mau gabung, sering ngomel di grup karena merasa nggak dilayani. Yang ada dia sering digosipin karena nyebelin, hahahaha
"Padahal dia juga traveler lho, harusnya ngerti dan nggak nyebelin gitu," rata-rata komentarnya sama. Gue cuma manggut-manggut.
Bener juga sih, kalau traveler itukan asik-asik aja, nggak ribet, bisa berkompromi.
Baru ketemu udah seseruan, Lalu kita dibawa ke homestay, jadi rumah warga yang disewakan. Kebetulan gue dapet sebuah ruangan ada dua kamar, jadi gue berlima dengan trio guru dan Yos.
Yah namanya homestay, kita tinggal di Desa Tetebatu, Lombok Timur. Masih kampung banget, jalanan masih becek, rumah warga yang seadanya. Nggak ada TV, gue lihat hiburan mereka cuma dari sebuah henpon, lalu mereka joget-joget mendengar musik dari sana. Anak-anaknya main gundu. Alami bangetkann, nggak kayak di kota besar , semua orang sibuk sama henpon.
Yang bikin gue nggak nyaman apa hayo? Ada anjing berkeliaran.
Padahal anjingnya baik sih, malah kalau kita kagetin dia ngibrit, tapi gue yang emang dasarnya udah trauma sama anjing, alhasil jejeritan manja terus. Bikin capek. Belom lagi anjingnya boker sembarangan, kalau belum disapu sama pemiliknya, kita yang jalan malem pasti keinjek deh. Ada 3 anjing lagi, whuaahh horroorr..
Pas malam hari kita ber 13 menyusuri jalan kampung yang kecil dan harus sampai ke depan untuk naik bus yang sudah menunggu. Jalannya becek, banyak genangan air bekas hujan, gelap, nggak ada lampu jalanan, kesannya seksi bangetkan. Tapi hebat lho, mereka nggak ngeluh, malah asik-asik aja tinggal idupin senter di HP.
Keren ya.. Selalu memberikan hawa positif.
1. Malamnya, kita bertemu dengan Petinggi Adat Dusun TeteBatu.Kita disambut oleh para petinggi sana dengan iringan musik lokal yang menggunakan drum dan baju adat. Semua peserta diberi penanda di jidat masing-masing , oleh pemangku adat TeteBatu, katanya supaya nggak digoda setan. Halah...Dimulailah pembukaan festival budaya oleh Bupati Lombok Timur.
2. Esoknya, tracking dan hiking ke air terjun Tibu Durian. Oemji lokasinyaaa...lantaran masuk di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, tempatnya alami banget. Yang gue nggak abis pikir, ada sebuah keluarga (ibu, bapak dan anak masih kecil baget) tinggal di situ, rumah cuma dari kayu seruangan doang, untuk tidur, masak, main semua disitu.
Air terjun Tibu Durian |
(Pas balik, selonjoran di sana karena ngos-ngosan, si bapak malah bikinin kita jagung yang dimasak pakai madu, meski nggak mekar kayak popcorn, tapi enak banget. )
Menuju air terjun ada tangga buatan yang lumayan curam dan panjang. Kayaknya, para emak ini dikerjain panitia hahahaha. Bayangin pas baliknya harus naik lagi, jalanan basah, licin, berasa kayak naik gunung jaman baheula. Meski susah payah, akhirnya sampai juga. Para emak ini menghibur dirinya sendiri dengan harapan bobot tubuh jadi turun, alias langsing, Lolsss
3. Black Monkey Forest
Ini beneran, hutan yang lebat. Rumah penduduk cuma ada 2, tapi daerahnya enak banget, masih alami, banyak ibu-ibu yang membawa sayuran atau rumput bahkan kayu di punggungnya. Monyetnya untungnya nggak turun, katanya nggak bakal jahil kayak monyet di Ubud yang suka ngambilin barang turis. Phuihhh aman. (Soale gue pernah liat monyet2 tengil waktu di Batu Caves, KL. Orang di jalan sama dia ditomplok, ganjen bangetkan, SKSD).
Drama Traveling.
Kayaknya nggak seru kalau traveling tanpa drama. Tetiba gue dapet email dari C*ti*ink kalau penerbangan pulang gue dibatalkan karena nggak operasi. Ketika masih di bandara Halim, gue konfirmasi ke C*til*nk sana, tapi mereka melihat penerbangan masih aman, nggak ada perubahan. Jadi disarankan bertanya ke C*til*nk Lombok.
Nah pas landing di Lombok, gue langsung datengin C*til*nk dan mereka mengiyakan kalau nggak ada penerbangan hari Senin. Mereka memberikan opsi refund atau terbang pulang hari Minggu atau Selasa.
Kalau refund, dan mencari tiket baru, pasti harga tiket lebih mahal dong. Kalau pulang hari Minggu kecepatan, kalau pulang Selasa kelamaan dan gue harus keluarin dana lagi untuk penginapan. C*til*nk nggak mau juga ngebayarin hotel gue (yaiyalaaaaa). Akhirnya gue minta tetap Senin dan mereka yang mencari penerbangan lain, antara G*ruda atau B*tik.
"Nanti akan dikabari mbak."
Minggu siang nggak ada email atau telpon masuk. Gue kontak C*til*nk, mereka malah kasih kontak petugas yang menjanjikan gue itu. Petugasnya mengatakan kalau gue udah aman dengan B*tik, dan gue minta dikirim kode booking ke email.
Sampe Minggu malem belom ada kabar boo, sedangkan Senin pagi harusnya gue udah harus ke bandara. Gue telpon bolak balik nggak diangkat, gue email juga nggak dibales. Sedangkan teman-teman lain malah extend, mereka mau ke Gili Tarawang, Pinky Beach dan ada yang nyebrang ke Bali.
Bandara Praya Lombok |
Lalu apa yang terjadi dengan gue? Hahahaha.... traveling ini seruu..
Baca juga: Belanja Murah di Kuala Lumpur
Pelajaran:
Dari traveling ini gue jadi sangat bersyukur banget, tinggal di kota besar yang semuanya sudah tersedia, nggak pake jalan capek, tinggal kontak ojol sampe ke tujuan. Urusan rumah pake pembantu.
Ini salah satu alasan gue melakukan traveling kayak gini, membuat kita jadi makin bersyukur atas nikmat Allah yang sudah diberikan. Bikin kita jadi lebih humble, menghargai, dan bersyukur. Yegak genks..
"Maka Nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan?"
Semoga bermanfaat
Bersambung yegenks..
AAL
Pengiiin kapan kapan pergi ke Lombok, Amiin
ReplyDeleteasik mas seruuu
DeleteAjakin dong kalo jalan2
ReplyDeleteAyo bu ina, seru lhooo
DeleteSeru bener perjalanannya mba, jadi pengen ikutan, hahah. Ngumpulin duit dulu ahh
ReplyDeletehahaha iya mbak, nabung, aku ikut arisan hiihihii
DeleteFestival Budaya Homestay Lombok mengundang siapapun yang bersedia datang dengan fasilitas makan dan homestay gratis, kecuali tiket pesawat.
ReplyDeleteSerius mba free,kapan ada eventnya lagi :p ,
heheheh sebenarnya maret ini ada lagi, eventnya lebih ke pantai, tapi buat sy terlalu dekat waktunya, susah ijin sama org rumah, kalau sy diinfokan mrk soal eventnya, tlg colek saya, nanti sy kabarin, Insya Allah
DeleteWaaaaa.... Seruuu.... Pingin banget nyobain homestay yg kayak gini... Andai aja ada home stay di tiap tempat pelsok yg mau ddi datangi ya... Waaa... Ada gak kira2 destinasi di daerah lain yang menawarkan homestay juga ya
ReplyDelete��
Iya ini dusun banget, orangnya masih polos, tapi homestay standar yaaa hehehe
DeleteIya mbaak... Makaanya judulnya traveling antimainstream ya kan
Delete... Itu yg malah seru mbak
��
Lha terus pulangnya gimana Mba Al? Eh, masih bersambung yah.. :D Seru bangeeet bisa nginap di homestay sana. Gratis pula ya.. Aku pun pingin suatu saat bisa ke Lombok, eksplor desa-desanya.. :)
ReplyDeleteheii sori baru liat sori slow komen, ayooo traveling kitaaaa, tar ya dilanjut hihihih
DeleteTempat impiaaan huhu, belum kesampaian sampai sekarang. I hope soon!
ReplyDeleteayoo nabung mbakk..yg kece gili nya, kalo lomboknya biasa aja si
DeletePenasaran ini, cara pulangnya gimana ya?
ReplyDeletehehehe aku sampai lupa nerusin, sek aku tulis dulu,
DeleteGue ga diajak dan pengen banget ke lombok wwaaaaawww
ReplyDeleteHayyuukkk tettt
Delete