Belum lama ini saya ke Singapura , Insya Allah saya akan sharing beberapa perjalanan mengenai Singapura. Memang siihh..udah banyak yang menulis soal Singapura, secara tinggal loncat doang cepet nyampe. Tapi, tiap orang punya pandangan berbeda, masing-masing punya keunikan tersendiri. Saya bawa anak laki 3 dan bapaknya, jadi total kita berlima 'menjajah' Singapura. Ini artikel yang kedua, yang pertama di sini. Dibaca yuk.
Banyak yang bilang, untuk pertama kali ke luar negri dengan anak, lebih baik ke Singapura. Kenapa? Karena di Singapura semuanya dilakukan dengan sistem dan terarah. Jarang ada yang nyasar di Singapura. Selain lebih bersih dan nyaman, singapura juga memiliki pelayanan yang maksimal, juga pedestrian yang terpercaya (maksudnya nggak ada yang dagang pecel lele).
Sebenarnya, ke Singapura dengan anak sudah direncanakan lama banget, beberapa tahun lalu, sebelum si bontot muncul. Sejak pertama kali saya dan pak suamik backpackeran ke Singapura pada 2010, kita sudah berencana akan bawa anak-anak ke Singapura juga.
Tapi, Alhamdulillah rencana itu akhirnya terealisasi pada Maret 2018 lalu (lama yakss). Saya kebagian cari tiket promo. Udah ubek-ubek semua maskapai sampai agen perjalanan paling nge-hits lalu membandingkan mana yang murah.
Padahal lagi low season, entah kenapa tiket kebanyakan mahal ya, rata-rata di atas Rp 400 ribu semua. FYI, ketika ke Singapura pada 2010, saya berhasil mendapatkan tiket cuma Rp 10 ribu! Yes, ceban! Saat itu Air Asia lagi ultah, dan orang belum sebanyak sekarang mikir untuk traveling. Kalau sekarang, cari tiket promo sampai harus bergadang, itu juga rebutan segala kan.
Harga Rp 400 ribuan itu kalau weekdays, sedangkan weekend mahal banget bisa sampai 1 jutaan. Kalaupun pas hari Jumat ada yang 400 ribu, paling tersisa misal 2 kursi. Padahal kan kita berlima. (saya, pak suamik, si sulung 15 tahun, tengah 12 tahun dan bontot 3 tahun).
Akhirnya setelah diskusi dan mikir, kita memilih weekdays, kebetulan kiddos lagi pada libur.
Waktu itu kita dapat tiket per orang Rp 500 ribuan. Si bontot ternyata juga bayar full. Pergi dengan Air Asia, dan pulang dengan Jet Star. Lantaran cari yang murah, kita memilih penerbangan jam 7 pagi.
Karena udah lama gak ke Singapura, saya kaget juga pas tuker uang SGD 1 dolar itu udah Rp 10.500. Nggak jauh beda sama dolar Australia, cuma beda 100 perak genks. Waktu 2010, 1 dolar SGD belum tembus Rp 7000. Wuihhh...rupiah makin amblas aja nih nilainya.
Sebagai seorang emak yang perhatian dan sayang sama keluarga, saya terbiasa membuat catatan apa aja yang perlu dibawa. Ini tentu berbeda banget sama traveling sebelumnya, biasanya kalau liburan bareng keluarga, selalu membawa mobil, masih di negara yang sama, makanan dan budaya tentu berbeda. Nggak terlalu banyak khawatirnya.
Kalau sekarang ini, harus ke negara orang yang memiliki sistem dan peraturan berbeda. Ada yang salah sedikit juga, kan repot. Soal makanan, saya persiapkan makanan kering apa aja perlu dibawa. Ini untuk jejaga, jika kesusahan cari makanan. Ini list saya:
1. Pop mie beberapa buah
2. Bubur ayam instan
3. Abon
4. Bawang goreng campur ikan teri kering
5. Biskuit beberapa macam
6. Roti
7. Kecap sachet, sambel dan saos sachet
8. kopi, teh, gula
Kira-kira itu. Rempong? Ribet?
Sayamah nggak. Udah biasa kayak gitu, kalau traveling di indo saya terbiasa H-1 belanja di supermarket. Saya tipe orang yang well prepared soal beginian. Makanya, pernah baca, "Kalau liburan dengan anak, buat si ibu repotnya sama, karena kayak pindahan rumah." LOlss...bener bingit.
Makanan itu memenuhi sebelah koper, bagian sebelahnya isi baju saya, pak suamik dan bontot. Pastinya, pulang akan berkurang dong, bisa dimasukin oleh-oleh..eeaaaaa
Hari H
Sejak sehari sebelumnya, pak suamik udah pesan taksi burung biru, minta datang jam 4 subuh. Saya yang malamnya sempat melayat saudara yang meninggal, sampai rumah jam 1 malam, langsung nggak bisa tidur. Takut ketinggalan pesawat, efek traveling sebelumnya nih..Baca di sini.
Jam 3.30, saya bangunkan semuanya, lalu mereka mandi kecuali bontot. (Secara si bontot anak yang paling cakep sedunia soal adat istiadat, bisa banyak drama bangun tidur langsung mandi jam segitu, jadi gue angkut aja dan gue lap pakai tisue basah sekalian ganti baju, hahahahha emak pemalas...).
Sesampai di bandara terminal 3 ultimate, (oiya sehari sebelumnya kita udah check in online), pak suamik urus pembayaran bagasi. Nah, ini yang masalah. Lantaran kita beli tiket lewat T***ka, di sana nggak ada penjelasan soal pembelian bagasi via online, jadilah kita beli di bandara dengan harga muaahaalll. Masa bagasi doang Rp 400 ribu padahal cuma 1 koper.
"Penjelasan soal bagasi ini cuma ada di website air asia bu. Kalau ibu beli 4 jam sebelumnya, harga bisa lebih murah," kata petugasnya.
Trio Mamat |
Emang keren ya, Changi itu. Nggak bakalan bosen deh ke sana. Kita diajarin mandiri, semua dilakukan sendiri menggunakan mesin.
Terminal 4 Changi |
Nah, di sini untuk ke luar Changi, harus memakai MRT (taksi bisa, tapi mehong genks). Disebabkan Terminal 4 belum ada akses ke MRT, jadi disediakan bus untuk ke Terminal 2 dulu. Sebelumnya beli kartu Ez link. Nah, nanti saya tulis soal ini. Sering-sering aja mampir dimari ya.
Tips :
1. Pakai sepatu nyaman, better pakai kets
2. Persiapkan makanan dari Indo saja
3. Bawa stroller. Tadinya nggak mau bawa, tapi melihat si bontot minta gendong terus, akhirnya diputuskan bawa stroller. Dan benar, dia anteng di 'singgasana' nya, karena selama di Singapura itu harus jalan kaki adalah modal. Nggak kayak di Indonesia, kemana-mana naik mobil atau ojol (manja ih).
4. Selain bawaan di koper, bawa tas lain yang harus dibawa kemana-mana. Kalau saya bawa ransel, isinya paspor semua anak, kecuali bapaknya. Baju ganti si bontot, jaket, topi, tisu kering, tisu basah, dompet dua biji, handuk kecil.
5. Bawa dua dompet. Kalau saya bukan dompet yang biasa dibawa kalau pergi sewaktu di rumah. Kebiasaan saya sejak dulu adalah, tas kecil mirip pouch dengan banyak resleting. Jadi dompet satunya adalah KTP, ATM/CC, uang rupiah. Ini ditaruh paling bawah. Lalu dompet satunya berisi uang SGD. Jadi jika salah satu ada yang hilang (amit2, *ketoktembokrumahorang), kita masih punya satunya.Ini ditaruh di bagian dalam tas yang gampang dijangkau. Ini pengalaman saya dulu waktu umrah juga, dompet satunya hilang.
6. Bawa duit secukupnya (secara SGD mahaalll booo). Saya kemarin ( di luar uang pak suamik ya), ini jaga-jaga untuk back up, saya tuker ke rupiah itu Rp 1 juta, sekitar 100 SGD. Lalu bawa rupiah cuma 500 ribu. Ini juga sisa, karena semua pak suamik yang bayar siihhhh (tengyu yank).
7. Anak saya tiga lelaki. Jadi si sulung dan tengah, bawa baju dan barang lainnya di ransel mereka masing-masing. Saya juga bawa tas kain ukuran besar yang dilipat ditaruh di dalam koper, jejaga jika bawa oleh-oleh (NAH!!).
Semoga Bermanfaat
AAL
Anakku 6, kalo pergi liburan gitu kayak mau pindahan :)))
ReplyDeletehahahaha waaaa lebih ekstrem nih rempongnyaaaa
DeleteDuh kebayang banget bawa anak 3, saya aja bawa 2 refot mak hahahaha. Kmrn sempet mikir mau bawa stroller. Ah cuma kyknya repot deh, makanya cuma bawa ergo doang. Cuma yang kasian kakanya 7yo dipaksa jalan hahaha, tp klo capek kita baru berhenti dan jalan lagi. Efeknya tadinya mau kunjungi 5 tempat wisata sehari cuma bisa 2 sampai 3 aja.
ReplyDeleteWah sery yach
ReplyDeleteWah seru !
ReplyDeleteseru bu ina hehehe
DeleteNoted, Mb
ReplyDeleteRencana sama si kecil awal 2019 pas dia udah 1,5 thn
waaaa have fun yaaa...cari tiker murah dari sekarang tuh heheheh
Delete