Healing ke Johor Bahru, Singapura dan Kuala Lumpur dalam 6 Hari

 


Assalamualaikum gais,,

Jalan-jalan lagi kita. Sebelumnya pernah ke 3 kota dan 2 negara juga, tulisannya baca di sini. Tapi kali ini negara kedua berbeda, bukan lagi Thailand tapi Singapura. Terakhir ke Singapura sebelum Covid, yaitu tahun 2018. Dan kurs dolar masih lumayan, sekarang kurs nya hampir Rp 12 ribu cuy.

Jadi mau cerita dulu awalnya. Gini, salah satu teman saya, Evi mendaftar kan anaknya kuliah di Universitas Teknologi Malaysia (UTM) di Johor Bahru. UTM ini bisa dibilang ITB nya di Indonesia. Lantaran info agen dari saya (bekas hasil survei 4 tahun lalu ketika mendaftarkan si sulung ke UUM), Evi pun minta saya untuk menemani dia mengantarkan anaknya ke Johor. Suaminya akan menyusul lantaran kerja.

Pertimbangan Evi karena saya ada pengalaman ketika mengurus sulung saat kuliah dan udah sering bolak balik juga ke negeri Upin Ipin itu. Ternyata, ada 2 teman lagi Ida dan Anis yang pingin ikutan ke Malaysia. Mereka memang belum pernah jalan-jalan ke luar negeri, tapi udah pernah haji dan ibadah umroh.

"Lo kan udah sering Al ke sana, Lo jadi guide kita," kata mereka kompak.



Pablebuat, saya terima tantangan dari mereka, teman-teman saat kuliah. Apalagi dasarnya saya emang doyan traveling (badan ini berasa gatal kalau diem doang di rumah 😂), jadilah gw menemani mereka selama di Malaysia dan akhirnya juga ke Singapura.

Untung Alhamdulillah, pemesanan tiket pesawat dan hotel dihandle oleh keponakan Evi yang memang punya travel. Pergilah kita berlima, dengan anak Evi sekalian dan langsung landing di Johor Bahru.

Johor Bahru 

Ini pertama kalinya menginjakkan kaki di bandara Johor. Bandaranya lumayan besar jika ingin dibandingkan dengan Bandara di Penang yang terbilang kecil. Kita dijemput oleh salah satu tim agen dengan mobil grab karena jumlah kita yang banyak.

Sebelumnya sudah booking hotel yang ada di dalam kawasan Kampus UTM, Hotel Scholar Inn. Ini memang disediakan untuk orang tua siswa yang datang ke UTM untuk menginap di sana (seperti UUM juga).

Maksi abis keliling Johor Bahru Outlet yang menjual barang branded

Hotelnya lebih besar, dan berkonsep apartemen.  Ada 2 kamar, ruang tv dan dapur. Tapi dapurnya tanpa kompor dan alat masak lainnya. Tersedia kulkas, setrika, pemasak air. Hari kedua jalan-jalan ke Johor Bahru di tengah kota, tujuan kita ke Mydin. Oiya, kalau ke Malaysia saya rekomendasikan belanja di MYdin yang tersebar di beberapa kota di Malaysia. Harganya murah banget. 

Hari ketiga kita pun ke Singapura, karena pas barengan hari libur Maulid Nabi Muhammad. Asumsi kita itu gak bakal rame, sekaligus menghindari para pekerja yang bolak balik Johor-Singapura. Kebanyakan orang tinggal di Johor dan bekerja di Singapura karena jaraknya dekat dan tentu biaya hidup lebih murah. Dengan kereta hanya 5 menit saja.


Singapura

Last minit Evi gak jadi ikut ke SG karena harus belanja memenuhi kebutuhan anaknya di apartemen yang akan ditempati. Awalnya kecewa tapi akhirnya paham karena dia akan meninggalkan anaknya merantau dalam waktu yang lama.

Dibandingkan Ida dan Anis, Evi udah pernah ke SG dan paham jadi enak diajak diskusi soal perjalanan ini. Sedangkan 2 emak lainnya itu, "gw ikut lu aja Al." kwkwkwkwk.  

Yang tak berubah dari Singapura adalan faannaasss


Saya pun harus well prepared bawa 2 emak ini apalagi terakhir ke SG tahun 2018. Dan jujurli saya oneng dengan segala per petaan atau map itu. Kacau pokoknya. selama ini kalau traveling mengandalkan paksu untuk urusan map. Untuk menghindari hal yang tidak diharapkan saya pun banyak browsing dan mencari informasi.

H-2 sebelum berangka, saya udah daftarin mereka via aplikasi MyIca mobile (gw donlot dong), ini aplikasi untuk masuk Singapura. Rencana awal kita akan pakai kereta yang cuma  5 menit saja. Karena udah daftar MyIca jadi tinggal scan paspor, beres.  Dari hasil liat medsos rata-rata  mereka beli on the spot. Ternyata gw salah gais.

Sampai JB Sentral pagi ternyata tiket kereta udah sold out untuk hari itu. Harusnya gw pesen via online di aplikasi KTM (jadi pelajaran besok2 kalau jadi tur guide lagi, Lol). Untungnya bus posisi gedunya di sebelah jadi kita jalan aja dan banyak pilihan bus ke SG. (Kayaknya enak cerita lebih detil di tulisan selanjutnya ya. Semoga mood gw baik 🥱).

Naik bus ke SG itu memang lebih ribet karena kita harus turun di Woodlands untuk cek imigrasi, antri pula. So sampai SG udh jam 10 pagi. Lantaran akan menggunakan MRT selama di SG kita pun mengisi kartu Easylink sebanyak SD10, kartunya punya evi yang dipijamkan. Kartu ini juga bisa dipakai kalau ke Unversal Studio menggunakan kereta. Dan ini only one day trip.

Tiket kereta: RM17

Tiket bus: RM4

Isi Kartu Easy Link utk naik MRT dan masuk Universal studio (kareta) SGD10


Kuala Lumpur 

H-2 sebelum pulang ke Indonesia, kita ke Kuala Lumpur by bus. Untuk menghindari drama seperti ke SG kemarin, saya pun donlot Easybook untuk memesan bus ke KL dari Johor. Terminal bus dari Larkin menuju TBS (Terminal Bersepadu Selatan) Kuala Lumpur menghabiskan waktu 5 jam. Macetnya ada tapi cuma sebentar, nggak kayak di Jakarta macetnya bikin otak mumet.




Menghabiskan waktu di KL pun juga menggunakan MRT dan LRT. Kitapun lebih memilih menginap di apartemen, harga lebih murah dan bisa patungan bertiga. Jadi ponakan Evi yang memesankan apartemen, dan ternyata memakai agen. Agen ini sepertinya para pekerja pembersih kamar, dilihat dari seragam yang dia pakai. Dan orangnya terlihat baik juga jujur. Kita menginap di Loron Ceylon, Bukit Bintang. Untuk weekdays hanya RM150, Weekend RM200 dan jika booking mulai Kamis kena harga RM170. Kalau mau agennya bisa dm gue di Instagram.



Apartemen di lantai 22


Alhamdulillah perjalanan selesai dengan menyenangka, Ida dan Anis bahagia sempat healing 6 hari. Dan kita kembali ke kehidupan nyata wkwkwkw. Kenapa ya kalau udah traveling, bawaan mau traveling terus, jarang pulang maunya (udah kayak Bang Toyib dong) Lolsss.

Semoga Bermanfaat

Wassalam

Aal






No comments